In Memoriam Poey Boen Hauw alias Arief Kusnanto • Image 3 of 8

In Memoriam Poey Boen Hauw alias Arief KusnantoPangrango

Previous | Archive | Next
Willy Boentaran : Saturday : 20. June 1970 « previous next »

Willy Boentaran

Saturday : 20. June 1970



Filed under: Pangrango
Category: Pangrango
Copyright: Poey Boen Hong (c)

1 Comment “Willy Boentaran”

August Handoko
September 16, 2006 08:05

Teman2, saat pendakian, Willy dan PBH memutuskan utk pisah dg rombongan dan potong jalan sendiri. Mungkin merasa sdh bbrp kali naik Pangrango dan tau situasinya. Gak taunya saat sampai di sebuah air terjun, terjadi kecelakaan pada mereka. Saat pencarian jasad PBH, rekan2 Orari dari seluruh Indonesia banyak yg mendaki Pangrango, termasuk Ibunya yg tidak mau turun sebelum menemukan jasad sang putra terkasih. Waktu itu ramai sekali radiao2 dan srt kabar merelay berita ttg mereka berdua. Saat2 terakhir pencarian diputuskan seluruh Tim akan meninggalkan lokasi krn telah ber-minggu2 dicari tanpa hasil, dan diadakan doa bersama sekita danau dibawah air terjun. Saat doa bersama berjalan, salah satu melihat sesuatu mengambang dipermukaan. Ternyata setelah ditarik, jasad PBH dalam pullover merah. Dulu wkt myanyi di band kami pernah pakai pullover itu, sy warna coklat tua, PBH merah maroon. Setelah diperiksa ternyata tubuh PBH utuh hanya baret2 sedikit, sedang Willy hancur dibawah air terjun. Analisa saat itu, Willy jatuh terpeleset dari atas air terjun kebawah. PBH berupaya menolong, jalan memutar turun. Sampai dibawah brgkali sdh gelap, dan akhirnya beliau terpeleset juga (kecapaian dan panik kali, bisa dibayangkan) tapi langsung tenggelam di dasar danau yg dingin. Makanya ber-minggu2 dicari tidak ketemu, dan tubuhnya awet tidak membusuk krn dingin spt dlm air es. Dengan kekuatan doa, Tuhan berkenan mengangkat jasadnya kepermukaan pada saat2 terakhir.
Waktu aku datang ke rumahnya di Jl. Seroja setelah bbrp tahun kejadian, Ibunya gerung2 dalam pelukanku. Andaikan masih ada, tentu sdh segede kamu. Kebetulan tinggi kami hampir sama, cuma PBH lebih sterek. Sejak itu aku tidak berani muncul2 lagi ke Mamahnya, takut menimbulkan kesedihan yg mendalam ttg PBH. Memang dulu kita sering latihan nyanyi di rumahnya atau di rumahku atau di rumah sahabat kita Bing Djien. Saat SMA dia ter-gila2 radio amatir dan tiap malam sampai suntuk on air. Walau jarang belajar, masih bisa juga naik terus walau pas2an. Waktu tes IQ, ternyata Mam Goei (mamah Hway Ke) berkomentar, PBH memiliki IQ tertinggi, sayang angka2 kamu tidak sesuai krn krg rajin belajar! Lha wong dia gandrung Radio amatir, dan Sang Guru tidak tau. Kamarnya berantakan dengan segala macam onderdil rd. amtr.
Sekarang aku kepingin juga menjenguk ortunya lagi toh sdh lama sekali. Apa masih sehat, dan dimana tinggalnya apa ada yg tau?
Demikian teman2 tambahan materi mengenang PBH, teman kita di SMA Kelas IIID Loyola, Semarang.

Salam,
August Handoko









   Remember me
Hilang   Schoolmates   RIP   Return to Main Menu